1.000 Guru PAUD dan TK Diberi Pendidikan Montessori Gratis

1.000 Guru PAUD dan TK Diberi Pendidikan Montessori Gratis
Acara 'Gerakan Mengajar 1.000 Guru PAUD dan TK' di Jakarta Timur dengan metode Montessori. [Suara.com/Firsta Putri Nodia]

Metode ini menekankan pentingnya penyesuaian terhadap tingkat perkembangan anak.

 Usia 0-8 tahun dianggap sebagai periode keemasan anak, karena kapasitas otak yang digunakannya telah mencapai angka 70-80 persen. Dengan kata lain, pada usia tersebut anak dinilai akan lebih mudah menyerap informasi.

Hanya saja, metode pendidikan yang keliru dapat membuat periode keemasan ini berlalu sia-sia. Contohnya adalah pola pengajaran dengan mendikte, menghapal, mencatat, yang selama ini banyak diberikan orangtua maupun guru PAUD dan TK.

"Saat ini, kita membutuhkan metode pengajaran yang dua arah atau banyak melibatkan diskusi, dan anak dibebaskan untuk menyampaikan pendapat,” ungkap Zita Anjani, pemerhati pendidikan anak usia dini sekaligus founder Kids Republic, di Jakarta, Kamis (3/3/2016). 
Menurut Zita, salah satu metode pendidikan usia dini yang mendukung periode keemasan anak adalah Montessori yang berasal dari Italia. Metode ini menekankan pentingnya penyesuaian dari lingkungan belajar anak dengan tingkat perkembangannya, serta melibatkan aktivitas fisik agar anak dapat menyerap konsep akademis dan keterampilan praktis dengan lebih baik.

Untuk memperkenalkan dan membagi metode pendidikan tersebut di Indonesia, Zita pun mengadakan gerakan mengajar 1.000 guru di Jakarta Timur. Gerakan tersebut bertujuan untuk berbagi ilmu metode Montessori kepada guru PAUD dan TK yang berada di wilayah Jakarta Timur.

"Ke depannya, gerakan tersebut akan kami perluas untuk wilayah lain, seperti Lampung dan kota lainnya, demi menciptakan generasi penerus bangsa yang produktif, intelektual dan kreatif," pungkasnya.

Sumber: https://www.suara.com/health/2016/03/04/132331/1000-guru-paud-dan-tk-diberi-pendidikan-montessori-gratis
Share:

Warga Pinangsia Kecam Penggusuran PAUD Saat Kegitan Belajar

Warga Pinangsia Kecam Penggusuran PAUD Saat Kegitan Belajar
Para siswa dan siswi Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Tunas Bina Pinangsia atau PAUD Tunas Bina terpaksa belajar di musala. (Suara.com/Arga)

Untuk oknum-oknum yang turut mengeksekusi harus diusut tuntas.

 Anggota Lembaga Musyawarah Kelurahan RW 07 Pinangsia, Jakarta Barat, Ahmad Darus menyanyangkan penggusuran terhadap bangunan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Tunas Bina Pinangsia, Pinangsia, Jakarta Barat. Terlebih, proses pembongkaran yang dilakukan Satpol PP saat kegiatan belajar mengajar tengah berlangsung.
"Saya menyayangkan pembongkaran tersebut. Mengapa dilakukan saat kegitan belajar mengajar berlangsung?,” ujar Darus saat dijumpai di Musala Kecamatan Tamansari, Jakarta Barat, Senin (22/10/2018).
“Kita maunya bangunan baru sudah ada dulu, relokasinya, baru di eksekusi. Ini tidak ada. Belum ada bangunan baru eh sudah dihajar," Darus menambahkan.
Terkait itu, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan langsung mencopot Camat Tamansari Firmanudin dari jabatannya. Darus menilai langkah Anies sudah tepat.
Ia kemudian berharap tidak hanya Camat Tamansari yang diperoses karena sudah melakukan penggusuran saat kegitan belajar menggajar masih berlangsung dan masih banyak anak-anak di sekitar lokasi tersebut.
"Wah saya setuju sekali atas pencopotan tersebut. Segera dibangun kembali PAUD sama Pos RW 07 yang lebih layak. Untuk oknum-oknum yang turut mengeksekusi harus diusut tuntas," ujarnya.
Anggota Lembaga Musyawarah Kelurahan RW 07 Pinangsia lainnya, Asep Supriatna menambahkan, pencopotan Firmanudin sebagai Camat Tamansari merupakan kewenangan Anies Baswedan selaku Gubernur DKI Jakarta. Dirinya pun juga menyayangkan jika penggusuran tersebut yang terjadi saat proses kegiatan belajar mengajar.
"Kalau urusan pencopotan Camat ya sejutu tidak setuju. Itu biarkan kebijakan Pak Anies saja. Yang pneting bangunan baru segera dibangun kembali. Penggusuran terjadi pukul 09.30 WIB, berati kegiatan belajar mengajar belum selesai. Itu yang kami sayangkan. Mengapa tidak menunggu kegitan belajar Selesai dulu," ujar Asep.
Untuk diketahui, beredar sebuah video yang menunjukkan penggusuran paksa oleh Satpol PP di PAUD Tunas Bina di kawasan Tamansari, Jakarta Barat. Puluhan pelajar yang sedang belajar dipaksa keluar dari gedung sekolah sembari membawa kursi.
Para orang tua pelajar yang mendampingi anaknya berusaha meminta petugas agar penggusuran dilakukan setelah kegiatan belajar selesai. Namun, petugas tidak mengindahkan hal itu sehingga penggusuran tetap dilakukan.

Sumber: https://www.suara.com/news/2018/10/22/141346/warga-pinangsia-kecam-penggusuran-paud-saat-kegitan-belajar
Share:

Dengan Edtech, Peningkatan SDM Bisa Dipercepat Hingga Sepuluh Kali Lipat

Dengan Edtech, Peningkatan SDM Bisa Dipercepat Hingga Sepuluh Kali Lipat
CEO Zenius Education Bertemu Jokowi di Istana Negara. (Dok. Zenius Education)

Edtech atau education technology merupakan layanan digital dalam bidang pendidikan yang kini tengah booming di Indonesia.

 Dunia digital juga telah merambah ke ranah pendidikan. Sistem pendidikan konvensional yang berlangsung dengan metode tatap muka perlahan tak lagi menjadi satu-satunya opsi dalam proses belajar-mengajar.
Dikatakan Sabda Putra Subekti, Co-founder dan CEO Zenius Education, dalam Edtech Asia Summit yang diselenggarakan di Singapura pada awal Agustus lalu, platform digital memudahkan akses perolehan dan peningkatan kemampuan pelajar dan orang dewasa, serta dapat memperbanyak pelatihan kejuruan berbasis industri yang bisa disesuaikan untuk memenuhi kebutuhan yang spesifik.
Pendidikan Indonesia saat ini menghadapi tantangan berupa rendahnya kemampuan literasi dan numerik yang tercermin dari skor PISA dan PIAAC dibandingkan dengan negara-negara lain. Kondisi ini dianggap ironis, karena setelah Indonesia mampu mengembangkan ekonominya hingga menjadi bagian dari G20, kualitas pendidikannya masih tertinggal amat jauh dibandingkan negara-negara berkembang sekalipun.
Di sisi lain, menurut Sabda, kualitas pendidikan yang idealnya dihasilkan bukan saja hanya berfokus pada kemampuan kognisi para peserta didik yang berfokus pada penalaran dan pemikiran saintifik, namun juga peningkatan dalam aspek lainnya seperti empati, afeksi, dan toleransi. “Dengan demikian, Indonesia tetap menjalani mandat dari para pendiri bangsa bahwa pendidikan itu tidak hanya mempertajam wawasan, tetapi juga memperhalus perasaan,” ujarnya.
“Penting sekali bagi setiap pelaku industri pendidikan untuk tidak hanya mengutamakan akses, namun juga memerhatikan konten edukasi yang dikembangkan. Pada dasarnya, education technology itu dimulai dengan education, pendidikannya, baru teknologinya.” tegas Sabda.
Untuk memperkuat peran edtech dalam dunia pendidikan di Indonesia, Sabda pun memenuhi undangan Presiden Joko Widodo ke Istana Negara pada awal minggu ini. Sabda tergabung dalam rombongan Inovator 4.0 yang dipimpin oleh Budiman Sudjatmiko, menyampaikan gagasannya mengenai potensi percepatan pembangunan SDM melalui pendidikan daring berbasis teknologi atau edtech.
Pertemuan tertutup tersebut membahas rencana pemerintah dalam membangun SDM Indonesia 5 tahun ke depan. Menurut Sabda, pemerintah sangat terbuka dan memberikan dukungan yang sangat positif terhadap gerakan-gerakan inovatif dan industri kreatif untuk mengembangkan kualitas manusia Indonesia dengan bantuan teknologi.
“Pak Jokowi sangat antusias menanggapi perkembangan industri edtech. Beliau menyatakan komitmennya untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia, salah satunya melalui pendidikan berbasis teknologi, dan kami sangat mengapresiasi hal tersebut. Dengan bantuan teknologi, peningkatan kualitas manusia dapat dipercepat sepuluh hingga dua puluh kali lipat dengan cara yang efisien,” jelas Sabda.
Dengan adanya dukungan dan bantuan dari pemerintah, Sabda yakin bahwa upaya industri edtech untuk memberikan dampak sosial yang positif di masa depan dapat berjalan lebih efektif.

Sumber: https://www.suara.com/news/2019/08/22/135240/dengan-edtech-peningkatan-sdm-bisa-dipercepat-hingga-sepuluh-kali-lipat
Share:

Tingkatkan Kualitas Guru, Kemendikbud Benahi Masalah tunjangan

Tingkatkan Kualitas Guru, Kemendikbud Benahi Masalah tunjangan
Mendikbut Muhadjir Effendy mengaku tengah fokus melakukan pengembangan sumber daya manusia (SDM) khususnya guru dan siswa. Foto/SINDOnews
Program prioritas pembangunan Indonesia kini beralih ke sumber daya manusia (SDM). Kemendikbud sendiri akan melakukan pengembangan SDM kepada guru dan siswa.

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy mengatakan, fokus pembangunan SDM yang akan dilakukan Kemendikbud itu menyasar kepada dua pelaku pendidikan yakni guru dan siswa.

Dia mengatakan, program pengembangan untuk siswa di Kemendikbud akan mengoptimalisasi program Wajib Belajar 12 Tahun sehingga anak usia sekolah bisa mengenyam pendidikan hingga jenjang SMA.

''Fokus SDM kalau (untuk) sekolah ada dua. Pertama guru dan kedua siswa,'' katanya pada diskusi publik Pendidikan Berkeadilan dengan Zonasi di Gedung Media Indonesia, Minggu (18/8/2019).

Mendikbud menjelaskan, Wajib Belajar 12 Tahun sebagai perpanjangan dari Wajar 9 Tahun akan lebih dimaksimalkan lagi capaiannya. Salah satunya, ujar Mendikbud, dengan sistem zonasi agar semua anak usia sekolah bisa masuk ke sekolah formal dan juga sekolah non formal.

Muhadjir menerangkan, penerimaan siswa baru melalui sistem zonasi ini akan terus berkoordinasi dengan Kemendagri khususnya Ditjen Dukcapil terkait integrasi data antara nomor induk kependudukan dengan nomor induk siswa nasional.

Sementara untuk pengembangan guru, kata dia, Kemendikbud akan menyusun tata kelola guru yang dimulai dari pendidikan dan pelatihannya serta pembenahan dari tata kelola perekrutan. Selanjutnya Kemendikbud juga akan membenahi masalah insentif dan tunjangan termasuk tugas pokok dan beban kerja guru.

Mendikbud menambahkan, reformasi paradigma pendidikan adaptif yang mengikuti perkembangan zaman akan mendukung pidato Presiden Joko Widodo pada Sidang Tahunan MPR RI pada 16 Agustus 2019. Dia menyatakan, reformasi pendidikan tersebut dapat dilakukan melalui sistem zonasi. Kebijakan ini diperlukan sebagai langkah awal untuk pemerataan pendidikan yang adil dan berkualitas.

“Kebijakan zonasi bukan berhenti pada PPDB saja, melainkan akan meliputi penataan dan pemerataan guru, infrastruktur, berbagai sumber daya, pengintegrasian pendidikan formal dan non-formal, serta penataan ekosistem pendidikan,” jelas Mendikbud.


Sumber: https://nasional.sindonews.com/read/1431138/15/tingkatkan-kualitas-guru-kemendikbud-benahi-masalah-tunjangan-1566130113
Sumber: 
Share:

4 Pelajar Bawa Indonesia Juara Umum Olimpiade Geografi Internasional 2019

4 Pelajar Bawa Indonesia Juara Umum Olimpiade Geografi Internasional 2019
Empat pelajar Indonesia mengharumkan nama bangsa dengan merebut dua medali emas dan dua perak, sehingga Indonesia dinobatkan sebagai juara umum pada IGeO 2019. Foto/Kemendikbud
 Pelajar Indonesia kembali menorehkan prestasi di kancah internasional. Kali ini diraih pada ajang bergengsi 16th International Geography Olympiad (IGeO) 2019. Dengan raihan dua medali emas dan dua perak, Indonesia dinobatkan sebagai juara umum pada IGeO 2019, yang diikuti 176 peserta dari 44 negara.

Keempat medali tersebut, dua medali emas diraih oleh Fernando, Siswa SMA Sutomo 1 Medan, dan Fayola, Siswa SMA Methodist 3 Medan. Sedangkan dua medali perak diraih oleh Hadyan F Anshori, Siswa SMAN Insan Cendikia Gorontalo dan Agista Kumala Dewi, Siswa SMA Semesta BBS Semarang.

Kepala Sub Direktorat (Kasubdit) Peserta Didik, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas (Ditjen PSMA) Kemendikbud, Juandanilsyah mengatakan prestasi ini patut diapreasi oleh pemerintah sebab ini pertama kalinya Indonesia bisa menjadi juara umum di olimpiade tersebut. Sebagai bentuk apresiasi pemerintah, Kemendikbud akan memberi penghargaan berupa beasiswa pendidikan hingga ke perguruan tinggi kepada para peraih medali.


"Terima kasih, alhamdulillah, anak-anak ini hebat dan ini kali pertama Indonesia menjadi juara umum pada ajang Olimpiade Geografi Internasional dan luar biasa bisa bersaing dengan negara hebat lainnya," ujarnya di Terminal 3 Soekarno Hatta, Tangerang, Rabu (7/8/2019).

Berdasarkan laporan dari Steering Committee IGeO 2019, Tim Olimpiade Geografi Indonesia sangat unggul dalam WRT (tes tertulis), hal ini dibuktikan dari total skor yang dihasilkan mendapat peringkat ke-3 dari 44 negara. Untuk test lapangan (FWT), Indonesia berada di peringkat 7, sedangkan untuk test multimedia (MMT), berada di peringkat 7.

Secara akumulatif tim Indonesia mencapai skor yang paling tinggi yaitu 262.91, disusul oleh Amerika Serikat dengan skor 254.62 dan Inggris dengan skor 252.19.

"Keberhasilan ini, menurut kami adalah hasil kerja keras para asisten dan dosen, terutama diperbanyak praktik dan latihan soal-soal tertulis (WRT) dengan cara pembelajaran jarak jauh (PJJ) secara online," jelas Juandanilsyah.

Berdasarkan hasil tersebut, Indonesia bertekad untuk terus meningkatkan metode pembinaan terutama di bidang tes lapangan dan tes multimedia, karena tantangan ke depan jauh lebih berat, baik dilihat dari jumlah partisipan maupun kualitas soal dan keragaman assessment.

Salah satu peraih medali emas, Fayola merasa terkejut dirinya bisa mempersembahkan medali emas untuk Indonesia. "Sebenarnya saya cukup terkejut bisa mendapat medali, karena pada saat mengerjakan soal sebetulnya kurang menguasai juga, tapi puji Tuhan bisa menorehkan prestasi untuk Indonesia," ujar siswi yang baru menyelesaikan pendidikannya di SMA.

Menceritakan pengalamannya saat berkompetisi, Fayola menambahkan, negara-negara lain sangat kompetitif dan banyak negara hebat lainnya yang juga bersaing pada ajang olimpiade ini. "Saingan paling berat itu Amerika Serikat dan untuk Asia, ada Thailand," ucapnya.

Persiapan yang dilakukan gadis berambut panjang ini ialah dengan belajar selama satu tahun sebelum olimpiade dimulai. Siswi yang hendak melanjutkan pendidikannya ke Nanyang Technology University, Singapura ini pun mengaku memasrahkan semuanya ke Tuhan dan bersyukur karena Tuhan menjawab doanya dengan kemenangan.

IGeO 2019 berlangsung dalam tiga babak tes, yaitu Written Response Test (WRT/tes tertulis), di mana para peserta mengerjakan tes secara tertulis dalam kurun waktu tertentu. Babak selanjutnya adalah Fieldwork Test (FWT/tes lapangan), pada babak ini para peserta turun langsung ke lapangan untuk melakukan observasi pada daerah tertentu dan pada malam harinya, melakukan analisis perencanaan terhadap daerah yang diobservasi tersebut. Babak terakhir adalah Multimedia Test (MMT/Tes Multimedia), di sini para peserta selain mengerjakan soal yang berhubungan dengan geografi, juga soal-soal yang berhubungan denga pancaindra.

Sumber: https://nasional.sindonews.com/read/1427713/144/4-pelajar-bawa-indonesia-juara-umum-olimpiade-geografi-internasional-2019-1565176110
Share:

Kualitas Pendidikan Indonesia Jadi Modal Penting Hadapi Era 4.0

Kualitas Pendidikan Indonesia Jadi Modal Penting Hadapi Era 4.0
Menteri PPN/Kepala Bappenas, Bambang Brodjonegoro mengingatkan kualitas pendidikan manusia penting untuk modal Indonesia menghadapi revolusi industri 4.0. (Foto/SINDOphoto)
A+ A-

JAKARTMenteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Kepala Bappenas, Bambang Brodjonegoro mengingatkan, kualitas pendidikan manusia penting untuk modal Indonesia menghadapi revolusi industri 4.0.

Hal itu dikatakan Bambang saat menjadi keynote speaker dalam seminar nasional 'Upaya Peningkatan Modal Manusia Menghadapi Revolusi Industri 4.0 Guna Mendukung Tujuan Pembangunan Berkelanjutan' di Auditorium Gadjah Mada, Lemhanas, Jakarta, Rabu (14/8/2019).

"Indonesia memiliki modal yang banyak terutama dalam modal alam, tapi sumber daya alam pun tidak bida digunakan untuk bertumbu menghadapi industri 4.0 ini. Sehingga apa yang perlu dituntut yang paling utama adalah pendidikan," kata Bambang.

Bambang menjelaskan, dalam proporsi penduduk Indonesia yang berpendidikan tinggi masih sangat sedikit. "Kita bisa mengatakan dan ini dari data resmi BPS pada tahun 2018 dimana proporsi penduduk yang umurnya 15 tahun keatas yang punya ijazah tinggi hanya 8,8%, SMA hanya 26,4%, SMP 21,2%, SD paling banyak yakni 43,7%," jelasnya.

"Sehingga pemerintah harus mementingkan pendidikan agar masyarakat Indonesia upgrade. Perlu jadi catatan juga bahwa dimana pendidikan di Indonesia jangan hanya mementingkan ijazah saja," sambungnya.

Apalagi kata Bambang, angkatan kerja yang memiliki pendidikan SMP kebawah masih mendominasi, sehingga rentan kemiskinan di Indonesia masih cukup tinggi.

"Pekerja berkeahlian rendah masih mendominasi pasar kerja, kebanyakan mereka hanya berpendidikan SMP kebawah. Sehingga, angka kerentanan kemiskinan masih cukup tinggi. Jadi angka pengangguran di Indonesia memang rendah cukup wajar, tapi tingkat upah kita masih rendah," ungkapnya.

Sehingga kata dia, dengan pendidikan yang di upgrade akan membawa masyarakat Indonesia semakin tinggi. Kemudian fokus utamanya menurut Bambang adalah, bagaimana kita membangun Indonesia melalui pendidikan.

Dalam beberapa tahun yang akan datang, Indonesia juga mengalami bonus demografi. Bambang mengatakan, bahwa modal sumber daya manusia masih belum siap.

"Dalam memaknai bonus demografi, sudah siapkah modal manusia Indonesia? Ternyata di dunia ini, kita tidak yang paling tinggi. Secara peringkat dunia, kita ada pada peringkat 87 dari 157 negara-negara di dunia," tuturnya.

"Kita kalah dengan Vietnam yang berada di 48 dunia dan nomor 2 di ASEAN, jangan dulu kita bandingkan dengan Singapura deh, masih jauh. Sehingga, kita harus benar-benar harus menyiapkan modal SDM, jangan hanya modal vokasi saja, tapi kita juga harus merencanakannya untuk jangka panjang yakni lewat pendidikan, hanya perecanaan jangka pendek," tegasnya.

Sumber: https://nasional.sindonews.com/read/1429824/144/kualitas-pendidikan-indonesia-jadi-modal-penting-hadapi-era-40-1565775292
Share:

Kemendikbud Bidik 1,7 Juta Siswa Ikuti Program Digitalisasi

Kemendikbud Bidik 1,7 Juta Siswa Ikuti Program Digitalisasi
Kemendikbud Bidik 1,7 Juta Siswa Ikuti Program Digitalisasi
 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) akan memulai program digitalisasi sekolah. Program ini menyasar 1,7 juta siswa. Digitalisasi sekolah ini dimulai dengan menyediakan komputer tablet yang bisa sekolah beli memakai dana bantuan operasional sekolah (BOS).

Sesjen Kemendikbud Didik Suhardi mengatakan, pada tahun ini BOS afirmasi dan BOS kinerja akan dimanfaatkan untuk program digitalisasi sekolah. Rinciannya adalah 30.227 sekolah akan diberikan BOS afirmasi dengan total anggaran Rp2,85 triliun dan 6.004 sekolah akan diberikan BOS kinerja dengan anggaran mencapai Rp1,5 triliun.

“Siswa yang akan menjadi sasaran BOS afirmasi dan kinerja adalah siswa kelas 6,7, dan 10. Para siswa ini akan diberikan tablet yang akan dibeli melalui dana BOS afirmasi dan kinerja,” tandas Didik saat membuka Sosialisasi Program BOS Afirmasi dan BOS Kinerja tahun 2019 di Jakarta, kemarin.

Didik mengatakan, target BOS afirmasi ini adalah sekolah yang tinggal di kawasan 3T sementara untuk BOS kinerja adalah untuk sekolah-sekolah yang kinerjanya bagus. Dia berharap, dengan pemberian tablet ini maka peserta didik tidak hanya mendapat pembelajaran konvensional saja. Namun juga bisa mendapat ilmu dari paltform digital Rumah Belajar dan juga platform pembelajaran lain melalui komputer tablet.

Tidak hanya pembelajaran online namun juga offline melalui server lokal. Namun dia menekankan, komputer tablet ini bersifat pinjaman karena milik sekolah, sehingga tidak boleh dibawa pulang siswa ke rumah. Agar program ini tepat sasaran, maka inspektorat jenderal akan dilibatkan.

Selain itu, kepala dinas akan membina sekolah dan juga mengawasi sekolah agar memberi peralatan sesuai hal yang diharapkan. “Maka kami mengundang dinas provinsi dan kabupaten/kota untuk mendapat panduan dari kita untuk disampaikan lagi ke sekolah. Diharapkan akan mempercepat pelayanan dan juga kualitas layanan di seluruh Tanah Air,” ujarnya.

Mendikbud Muhadjir Effendy mengatakan, digitalisasi sekolah ini harus dilaksanakan karena tidak mungkin Indonesia menyongsong era baru yang ditandai dengan adanya artificial intelligence tanpa membekali anak-anak dengan kemampuan memakai produk digital.

Dia pun berharap, program ini bisa terlaksana dengan baik. Tidak hanya membidik wilayah 3T dulu pada tahap pertama ini, namun bisa berkelanjutan hingga mencapai 100% semua sekolah. Muhadjir mengakui bahwa ada tantangan tersendiri untuk memperkenalkan sekolah ke ranah digital.

Sebab, nanti tugas sekolah akan semakin berat misalnya dalam mengawasi konten ataupun guru yang juga harus meningkatkan kapasitasnya. “Tapi kalau tidak begitu tidak akan ada kemajuan. Pada praktiknya, anak-anak sudah mengenal teknologi digital ini. Kalau tidak kita gunakan malah nanti jadi bumerang,” katanya.

Sementara peneliti Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) Nadia Fairuza Azzahra mengkritisi soal penggunaan dana BOS. Menurut dia, penggunaan dana BOS perlu dievaluasi secara mendalam. Selama ini, proses pengawasan dana BOS dilakukan dari tingkat pusat, provinsi, kabupaten/kota, dan sekolah.

Namun, masih juga ditemukan sejumlah persoalan yang seharusnya bisa diselesaikan dengan penggunaan dana BOS. Di luar dari BPK (Badan Pemeriksa Keuangan), Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) sebaiknya juga melakukan evaluasi menyeluruh terhadap semua pihak yang bertugas mengawasi penggunaan dana BOS.

Hasil evaluasi tersebut kemudian dapat menjadi referensi bagi metode pencegahan dan pengawasan yang dapat dijalankan oleh LPMP ke depannya. Diharapkan dengan begini, potensi pelanggaran dapat dideteksi lebih cepat dan segera diselesaikan.

“Evaluasi mendalam ini penting supaya LPMP mendapatkan gambaran mengenai hal-hal apa saja yang berpotensi dilanggar atau dicurangi. Belum lagi LPMP bisa melihat hal-hal apa saja yang masih harus dibenahi lewat penggunaan BOS,” ujarnya.

Deteksi dini terhadap potensi ini tentu akan memperkuat akuntabilitas penggunaan dana BOS sehingga penggunaannya benar-benar tepat sasaran dan terbabas dari pelanggaran

Sumber: https://nasional.sindonews.com/read/1439551/144/kemendikbud-bidik-17-juta-siswa-ikuti-program-digitalisasi-1568416149
Share:

Kontribusi untuk Pendidikan, Wafaa Indonesia Kucurkan Dana Rp1,3 M

Kontribusi untuk Pendidikan, Wafaa Indonesia Kucurkan Dana Rp1,3 M
Wafaa Indonesia mengucurkan dana program pembiayaan pendidikan untuk 100 penerima manfaat di Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat. (Foto/Istimewa)
A+ A-

JAKART Pendidikan menjadi suatu hal penting dalam siklus masa depan sumber daya manusia (SDM). Pendidikan baik formal maupun nonformal, sangat penting untuk membentuk karakter SDM.

Karenanya, dalam memajukan dunia pendidikan, Wafaa Indonesia mengucurkan dana program pembiayaan pendidikan untuk 100 penerima manfaat di Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat. Hal ini disampaikan CEO Wafaa Indonesia, Taufik Ramlan.

"Dengan memberikan pembiayaan, kami ingin menjadikan masyarakat sebagai subjek pemberdayaan bukan objek. Sebab kami yakin, dengan pendampingan dan monitoring yang tepat, masyarakat mampu memberdayakan diri mereka sendiri," kata CEO Wafaa Indonesia, Taufik Ramlan, di Jakarta, Rabu (18/9/2019).


Dalam penyalurannya dana tersebut, Wafaa Indonesia bekerja sama dengan Koperasi Pondok Pesantren (Kopontren) Fathiyyah Idrisiyyah. Taufik menjelaskan, pengucuran dana ini dalam bentuk pembiyaaan bukan pemberian.

Sebagai organisasi nonprofit yang bergerak di bidang pemberdayaan sumber daya manusia, Wafaa Indonesia mendapatkan kepercayaan dari sebuah lembaga donor internasional, NAMA Foundation, untuk menjalankan program peberdayaan di sektor pendidikan dengan menggulirkan program pembiayaan pendidikan.

Taufik mengungkapkan, program ini merupakan bantuan talangan biaya pendidikan bagi calon mahasiswa, baik yang baru lulus sekolah menengah atas maupun mereka yang telah bekerja. Melalui program ini masyarakat mendapatkan alternatif pembiayaan pendidikan mereka ke jenjang yang lebih tinggi.

"Program ini merupakan pinjaman lunak tanpa bunga yang dapat diakses oleh masyarakat yang membutuhkan untuk tujuan pembiayaan pendidikan," ujarnya.

Demikian pula yang dikatakan oleh Aka Bonanza selaku Ketua pengurus Kopontren Idrisiyyah, bahwa amanah yang diberikan kepada mereka merupakan kepercayaan yang besar dan pertanggungjawabannya bukan hanya kepada para stakeholder, akan tetapi kepada Tuhan.

Oleh karena itu, dia berjanji akan menjalankan program ini dengan sebaik-baiknya. "Sehingga kepercayaan yang diberikan oleh Wafaa maupun lembaga donor lainnya akan lebih besar lagi, sehingga manfaat dari program ini dapat dirasakan oleh masyarakat yang lebih luas," ucap Aka.

Sumber: https://nasional.sindonews.com/read/1440802/144/kontribusi-untuk-pendidikan-wafaa-indonesia-kucurkan-dana-rp13-m-1568787712
Share:

Interaksi Belajar Mengajar lewat Platfrom Digital Diluncurkan

Interaksi Belajar Mengajar lewat Platfrom Digital Diluncurkan
Interaksi Belajar Mengajar lewat Platfrom Digital Diluncurkan. (Istimewa).
A+ A-

NATUN- Digitalisasi sekolah yang diluncurkan Kemendikbud di Natuna akan menjadi konsep pembelajaran model baru dalam era Revolusi Industri 4.0.

Mendikbud Muhadjir Effendy mengatakan, dengan digitalisasi sekolah ini maka tugas guru akan berubah. Menurutnya, era Revolusi Industri 4.0 ini bukan lagi eranya guru menjadi sumber satu-satunya tempat siswa bertanya.

Guru bisa menjadi fasilitator mencarikan sumber belajar melalui platform digital yang tidak hanya menyediakan bahan ajar tetapi juga tempat interaksi antara siswa dan guru. Oleh karena itu, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) meluncurkan program digitalisasi sekolah yang tahun ini menyasar pada 1,7 juta siswa di 36.000 sekolah.


Mendikbud berharap, dengan pembagian perangkat digital seperti laptop dan smartphone tablet, guru dan siswa dapat mengakses portal belajar yang disediakan Kemendikbud secara gratis, yakni portal Rumah Belajar.

Dia mengatakan, jika di gitalisasi sekolah dilaksanakan secara konsisten maka dalam 3-4 tahun ke depan semua sekolah akan sudah menggunakan platform digital.

"Itulah cara revolusi pembelajaran di sekolah kita untuk menyongsong era Revolusi 4.0. Revolusi 4.0 bukan untuk di hindari atau dicegah, tapi harus di hadapi dengan sungguh-sungguh. Kita sesuaikan diri kita untuk hadapi perubahan," kata Mendikbud saat peluncuran program Sekolah Digital di Gedung Srindit Ranai Natuna di Kabupaten Natuna, Kepulauan Riau, kemarin.

Mendikbud yakin dengan adanya digitalisasi sekolah maka kualitas pembelajaran di daerah 3T (tertinggal, terdepan, terluar) seperti di Natuna yang berada di kawasan terluar Indonesia tidak akan jauh berbeda dengan daerah lain, sebab sekolah memakai sumber belajar dengan platform digital yang sama.

Dia juga meminta guru mengikuti pelatihan sehingga bisa mendidik siswanya memakai platform digital ini dengan maksimal. Dia menjelaskan, Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah memberikan arahan kepada semua menteri termasuk Kemendikbud untuk memberi perhatian kepada wilayah 3T.

Muhadjir mengungkapkan, sejak dua tahun lalu Presiden memberi arahan agar segera merealisasikan penggunaan teknologi informasi guna mempercepat akses pelayanan pendidikan di wilayah pinggiran. Sejak itu pula, Kemendikbud mulai merevitalisasi portal pembelajaran bahan ajar yang dinamakan Rumah Belajar.

Mendikbud berharap dengan penggunaan smartphone tablet dan perangkat komputer di sekolah melalui digitalisasi sekolah, penggunaan gawai oleh anak didik bisa mengarah ke hal pendidikan yang lebih produktif.

Sekretaris Jenderal Kemendikbud Didik Suhardi menjelaskan, digitalisasi sekolah diluncurkan dalam rangka menyongsong era 4.0 dan sekaligus menerapkan konsep pembelajaran model baru di sekolah. Peluncuran ini ditandai dengan pemberian sarana TIK kepada 38 sekolah di Kabupaten Natuna.

Didik berharap pada 2020 jumlah sekolah sasaran akan lebih banyak lagi dengan tidak menggunakan dana BOS melainkan dana lain di APBN.”Digitalisasi sekolah merupakan terobosan baru di dunia pendidikan yang memanfaat kan IT dalam berbagai aspek pengajaran. Kelebihan sistem ini mempermudah proses belajar-mengajar karena siswa dan guru akan mudah mengakses semua bahan ataupun bahan ujian dalam satu jaringan,” terangnya.

Bupati Natuna Hamid Rizal menjelaskan, dengan diluncurkannya digitalisasi sekolah di Natuna, dia berharap jaringan internet di wilayahnya akan semakin baik.

Jika jaringan internet masih belum merata di wilayah perbatasan ini maka akan menjadi kendala dalam proses pembelajaran digital nantinya. Pada 2019, Kemendikbud akan memberikan bantuan sarana pembelajaran TIK dan tablet melalui anggaran Bantuan Operasional Sekolah (BOS) Kinerja kepada 6.004 sekolah dan 692.212 siswa, sedangkan melalui BOS Afirmasi untuk 30.277 sekolah dan 1.061.233 siswa.

Di Kabupaten Natuna sendiri, Kemendikbud membagikan tablet kepada 1.142 siswa yang terdiri atas 508 siswa kelas VI, 303 siswa kelas VII, dan 331 kelas X. Selain itu, sarana pembelajaran TIK berupa PC-server, laptop, LCD, router, dan external hardisk akan diberikan kepada 38 unit sekolah di Kabupaten Natuna, yang meliputi 25 SD, 9 SMP, 3 SMA, dan 1 SMK. (Neneng Zubaidah)

Sumber: https://nasional.sindonews.com/read/1441111/144/interaksi-belajar-mengajar-lewat-platfrom-digital-diluncurkan-1568864633
Share:

Agar Mampu Bersaing, Perguruan Tinggi Wajib Tingkatkan Akreditasi

Agar Mampu Bersaing, Perguruan Tinggi Wajib Tingkatkan Akreditasi
Agar Mampu Bersaing, Perguruan Tinggi Wajib Tingkatkan Akreditasi
A+ A-

JAKARTMenteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohamad Nasir meminta agar perguruan tinggi di Indonesia, baik negeri ataupun swasta agar bisa meningkatkan kualitasnya untuk memperoleh akreditasi A. Hal ini untuk merespons tantangan dan peran perguruan tinggi dalam menghadapi era revolusi industri 4.0.

“Saya mendorong perguruan tinggi untuk meningkatkan kualitasnya, baik swasta maupun negeri,” tandas Nasir saat menghadiri Wisuda dan Dies Natalis Univeristas Nasional ke-70 di Jakarta, kemarin. Mantan rektor Universitas Diponegoro ini menyebutkan, dibandingkan awal masa pemerintahannya terjadi lompatan jumlah perguruan tinggi di Indonesia yang telah meraih akreditasi A.

Nasir menyebutkan saat ini sudah ada 96 perguruan tinggi di Indonesia yang telah meraih akreditasi A, 13 di antaranya merupakan perguruan tinggi swasta di Jakarta. Guru besar bidang akuntansi Undip ini berharap, perguruan tinggi baik itu negeri maupun swasta dapat menjadi penggerak inovasi membangun negeri. Selain itu juga, perguruan tinggi bisa membangun sumber daya manusia dan IPTEK yang dihasilkan sehingga akan menjadi kekayaan yang tidak ternilai sebagai modal bangsa dalam percaturan global di era industri 4.0.


Rektor Universitas Nasional (Unas) El Amry Bermawi Putera menyebutkan, Unas terus memacu agar lulusannya siap menghadapi percepatan dan pengusaan teknologi informasi berbasis online demi menyongsong revolusi industri 4.0. Pendekatan digital diterapkan di universitas berupa sistem tata kelola perguruan tinggi berbasis online mulai tahap input, proses, output, outcomes, dan impact.

“Tata kelola Universitas Nasional saat ini sudah mencapai 80% berbasis online, 20% sisanya sedang dalam proses pengerjaan dengan target capaian pada tahun akademik 2019/2020. Dengan kata lain pada titik itu, Universitas Nasional akan menjadi kampus yang berkategori cyber university atau smart campus,” tandasnya.

Amry mengatakan, aktivitas perkuliahan dan learning management system juga pembelajaran dan penelitian telah dibantu dengan Teknologi, Informasi dan Komunikasi (TIK). Berbagai inovasi dilakukan dalam bidang pembelajaran dua mata kuliah wajib universitas dan desain ulang kurikulum.

Hal ini dilakukan demi melahirkan lulusan berkualitas, terampil dan mampu beradaptasi dengan revolusi industri 4.0. Dirjen Pembinaan Pelatihan dan Produktivitas (Binalattas) Kemenaker Bambang Satrio Lelono mengatakan, Indonesia memiliki empat tantangan ketenagakerjaan untuk mewujudkan SDM yang unggul, kompeten, dan berdaya saing dalam menghadapi bonus demografi tahun 2020.

Pertama adalah profil angkatan kerja masih minim akan keterampilan di tengah dunia kerja yang terus berubah. “Hal ini disebabkan 60% kompetensi tenaga kerja nasional adalah lulusan/tamatan SD-SMP,” katanya pada seminar Pengembangan SDM Unggul untuk Memanfaatkan Peluang Bonus Demografi Menuju Indonesia Maju pada RPJMN 2020-2024.

Tantangan kedua adalah bonus demografi harus direspons sebagai sebuah keberkahan yang berdampak positif bagi pembangunan SDM yang unggul. Di mulai dengan prioritas di sektor kesehatan dan dilanjutkan dengan memperkuat pembangunan di sektor vokasi. Tantangan ketiga yakni Indonesia membutuhkan ekosistem ketenagakerjaan yang lebih baik, terutama yang mengarah kepada pasar kerja fleksibel dan perkembangan dunia saat ini.

Sedangkan tantangan keempat untuk menghadapi revolusi industri 4.0 adalah, angkatan kerja Indonesia harus adaptif dan berpikir cepat guna menghadapi perubahan teknologi informasi yang masif saat ini serta membuat transformasi industri untuk menyiapkan adanya pekerjaan baru di masa depan.

Sumber: https://nasional.sindonews.com/read/1442191/144/agar-mampu-bersaing-perguruan-tinggi-wajib-tingkatkan-akreditasi-1569196825
Share:

Tumbuhkan Minat Baca, Program Gernas Baku Perlu Didukung

Tumbuhkan Minat Baca, Program Gernas Baku Perlu Didukung
Salah seorang wali murid membacakan buku kepada siswa di SD Sekolah Global Prestasi (GPS) Jakarta. Gernas Baku perlu didukung untuk menumbuhkan minat baca anak. Foto/Istimewa
A+ A-

JAKART Membaca memberikan efek sangat baik bagi siapa pun yang melakukannya. Selain meningkatkan keahlian komunikasi dan analisa, membaca juga diketahui untuk meningkatkan kapabilitas memori dan meningkatkan konsentrasi.

Sayangnya, minat membaca penduduk Indonesia masih sangat rendah. Menurut penelitian dari Program of International Student Assessment (PISA) tingkat literasi Indonesia berada pada ranking 62 dari 70 negara yang diteliti.

Berdasarkan hasil survei tersebut, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) menginisiasi Gerakan Nasional Orang Tua Membacakan Buku atau Gernas Baku. Gerakan tersebut adalah inisiatif pemerintah untuk menanamkan budaya membaca untuk sejak dini.


Selain institusi pendidikan, orangtua kini juga turut berperan untuk meningkatkan minat baca bagi anak-anak. Menurut penelitian dari Badan Pusat Statistik (BPS), sebanyak 91,47% anak usia sekolah lebih suka menonton televisi ketimbang membaca buku.

Selain meningkatkan minat baca anak usia sekolah, Gernas Baku juga terbukti untuk meningkatkan hubungan sosial dan emosional antara orang tua dan anaknya. Selain itu, Gernas Baku ini juga bertujuan untuk menanam kebiasan membaca kepada semua orang tua.

Sekolah Global Prestasi (GPS), sebagai salah satu sekolah SPK (Satuan Pendidikan Kerja Sama) di bawah pembinaan Kemendikbud turut menyambut baik program yang dibuat oleh pemerintah tersebut.

“Sekolah, beserta jajarannya turut mendukung perkembangan minat membaca anak usia sekolah dengan memberikan fasilitas perpustakaan yang lengkap dan nyaman bagi para siswa untuk membaca,” kata Kepala SD Sekolah Global Prestasi, Mr Yulianto, di Jakarta, Senin (23/9/2019).

Selain itu, GPS juga mengadakan kegiatan orang tua membaca buku di sekolah selama periode bulan September-Oktober 2019 dan akan menjadi program rutin SD Global Prestasi. GPS mengundang perwakilan ayah/ibu masing masing kelas untuk membacakan buku kepada anak-anak di perpustakaan.

“Kegiatan yang dilakukan bisa berupa dongeng, cerita rakyat, dan juga story telling dengan berbagai alat peraga yang telah dipersiapkan orang tua,” tutur Yulianto.

“Program ini diadakan untuk meningkatkan budaya membaca serta minat membaca anak-anak. Kita buat anak-anak itu suka membaca, karena membaca itu penting dan akan terus berguna sampai kuliah bahkan ketika mereka sudah dewasa,” ucap Yulianto.

Dengan meningkatnya minat anak-anak untuk membaca, kepintaran dan kecerdasan anak-anak juga semakin dilatih. Sehingga bisa menjadi siswa dengan berbagai keahlian yang berguna bagi masa depan mereka, karena melalui membaca mereka membuka jendela dunia.

Sumber: https://nasional.sindonews.com/read/1442411/144/tumbuhkan-minat-baca-program-gernas-baku-perlu-didukung-1569244640
Share:

Direvitalisasi Asuransi Astra, Ini Wajah Baru PAUD Perwari Trisula

Direvitalisasi Asuransi Astra, Ini Wajah Baru PAUD Perwari Trisula
Hasil revitalisasi Asuransi Astra bagi PAUD Perwari Trisula Medan [Dok Asuransi Astra].

Hasil revitalisasi Asuransi Astra diharapkan berjangka panjang, tak sementara saja.

 Sekitar dua pekan lalu, Suara.com ikut serta dalam acara Media Gathering Asuransi Astra yang digelar di Medan, ibu kota Provinsi Sumatera Utara. Salah satu mata acara paling menarik sekaligus ikut menumbuhkan kesadaran adalah Corporate Social Responsibility (CSR) bagi anak-anak prasekolah.
Berlokasi di sekolah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Terpadu Perwari Trisula, Jalan Abdullah Lubis No 38, Babura, Kecamatan Medan Baru, Medan, Provinsi Sumatera Utara, pada Senin (19/8/2019), Asuransi Astra menggelar seremoni untuk revitalisasi tempat belajar mengajar itu.
Tak sebatas penyerahan plakat, namun diisi dengan kegiatan mengecat bersama, antara jajaran manajemen Asuransi Astra, para jurnalis, serta anak-anak didik atau murid dari PAUD Terpadu Perwari Trisula.
Salah satu seniman setempat, Pak Masri, sebelumnya telah membuat sketsa pada bidang-bidang dinding sekolah, dan diberi kode warna, sehingga setiap peserta yang terlibat cukup mencocokkan warna yang tersedia dengan kode serta mengecat menggunakan kuas.
Acara seru ini berlangsung lebih dari satu jam lamanya, serta menghadirkan interaksi yang intensif antarseluruh peserta. Meski untuk hasil akhir pengecatan, tampaknya seniman setempat mesti memoles kembali hingga hasilnya rapi seperti penampakan terbaru yang dikirimkan dalam bentuk potret kepada Suara.com.
Dalam kesempatan Media Gathering Asuransi Astra di Medan, Gunawan Salim, Chief Marketing Officer – Retail Business Asuransi Astra menyampaikan terima kasihnya kepada Rudy Chen, Chief Executive Officer (CEO) Asuransi Astra, karena mendukung penuh.
"Terus terang, kami ingin sebuah CSR yang berkelanjutan. Tidak sekadar memberi dan selesai. Namun sesuatu yang memiliki kesinambungan di masa akan datang. Dalam hal ini adalah pendidikan anak sejak usia dini," ujar Gunawan Salim.
Kilas balik upaya revitalisasi sekolah termasuk bagi PAUD ini salah satunya didorong oleh fakta bahwa banyak karyawan Asuransi Astra datang dari generasi milenial. Bersama merekalah, konsep menaruh perhatian terhadap pendidikan anak-anak Indonesia digagas, dengan menghadirkan tagar #PijarIlmu.
"Kami memiliki relawan, pendukung konsep pengadaan sekolah bagi anak-anak. Termasuk di antaranya mereka yang berkebutuhan khusus atau kurang mampu. Soal revitalisasi PAUD sendiri, kita semua pernah muda, menjalani masa anak-anak menyenangkan, sehingga bila kita bisa berbagi, tentu akan lebih baik lagi," tandas Gunawan Salim.
Senada adalah pendapat Rudy Chen, bahwa CSR Asuransi Astra adalah menyasar jangka panjang, lewat pengadaan infrastruktur pendidikan bagi anak-anak sejak usia dini.
"Karena seperti halnya pendidikan, usia berjalan juga berjenjang. Jangan sampai anak-anak itu, di usia muda, kehilangan masa kanak-kanak mereka. Itulah pentingnya PAUD serta keberlangsungan tempat mereka menuntut ilmu," papar Rudy Chen.
Usai program revitalisasi (PAUD) Terpadu Perwari Trisula di Medan, Asuransi Astra langsung bergerak menuju CSR berikutnya di Nusa Tenggara Timur. Kali ini adalah pengadaan sekolah bagi anak-anak di Desa Watu Kawula, Sumba.
Para jurnalis yang mengikuti Media Gathering Asuransi Astra di Medan berkesempatan mengikuti pula, dengan cara mengunggah berbagai kegiatan selama acara berlangsung tiga hari di Provinsi Sumatera Utara. Juara pertama beroleh hadiah terbang bersama Asuransi Astra ke lokasi #PijarIlmu berikutnya di Sumba.

Sumber: https://www.suara.com/otomotif/2019/08/31/080500/direvitalisasi-asuransi-astra-ini-wajah-baru-paud-perwari-trisula
Share:

Pakar Pendidikan: Kini untuk Bisa Sukses Harus Jadi Anak yang Tak Patuh

Pakar Pendidikan: Kini untuk Bisa Sukses Harus Jadi Anak yang Tak Patuh
Diskusi media 'Sains Digital Dari dan Untuk Anak Indonesia' oleh Kalbe Farma di Hongkong Cafe, Jakarta Pusat, Jumat (6/9/2019). (Suara.com/Dini Afrianti Efendi)

Ini alasan kenapa pakar pendidikan sebut anak yang sukses harus jadi anak yang tak patuh.

 Pakar Pendidikan: Kini untuk Bisa Sukses Harus Jadi Anak yang Tak Patuh.

Orang tua seringkali dibuat kelimpungan dengan tingkah laku sang anak yang tidak menurut dan susah diatur. Tidak sedikit pula orang tua yang kewalahan dan merasa anaknya tidak akan sukses karena susah diatur. 
Eits, orang tua jangan kebakaran jenggot dulu loh karena Pengamat dan Praktisi Pendidikan dan Sains Indra Charismiadji memiliki pendapat unik, menurutnya anak yang tidak penurut dan patuh cenderung cerdas karena daya berpikir kritisnya bekerja maksimal.
"Kalau semua orang Indonesia paham yang dibutuhkan sekarang itu adalah kreativitas, berpikir kritis ini kan bukan berarti jadi anak yang penurut, anak yang patuh nggak bisa dibilang jadi anak yang kritis," ujar Indra dalam acara diskusi media 'Sains Digital Dari dan Untuk Anak Indonesia' oleh Kalbe Farma di Hongkong Cafe, Jakarta Pusat, Jumat (6/9/2019).
Kritis yang dimaksud Indra ialah anak sering bertanya, bisa membedakan mana yang baik dan benar, mengapa orang tuanya melarang apa alasannya. Jika masuk kategori itu, maka anak bukanlah pembangkang, melainkan proses belajar dan tugas orang tua hingga lingkungan untuk membentuknya.
Menurut Indra, saat ini dunia sudah bergeser ke arah kecepatan teknologi, kreativitas, dan inovasi. Lalu pertanyaannya, apakah di masa mendatang anak-anak sudah siap? Di sinilah cara mendidik orang tuanya harus berubah.
"Kan sudah pola pendidikannya beda dengan era kita dididik dulu, untuk jadi anak patuh. Kalau sekarang untuk menjadi dia sukses harus menjadi anak yang tidak patuh," ungkap Indra.
Tantangan terbesar, selain kebijakan pemerintah, diperlukan juga pola pikir dan mindset orang tua yang diubah dan diedukasi, karena ini jadi bagian pembangunan manusia.
"Waktu itu juga ada pendidikan untuk orang tua. Bagaimana mendampingi orang tua, supaya di rumah anaknya jangan sampai itu terjadi. Di sekolah udah bagus, di rumah orang tuanya beda lagi. Misalnya di sekolah didorong pakai gadget, di rumah nggak boleh pakai gadget kan jadi bentrok," tutup Indra.

Sumber: https://www.suara.com/health/2019/09/06/180000/pakar-pendidikan-kini-untuk-bisa-sukses-harus-jadi-anak-yang-tak-patuh
Share:

Arsip Blog

Recent Posts