1.000 Guru PAUD dan TK Diberi Pendidikan Montessori Gratis

1.000 Guru PAUD dan TK Diberi Pendidikan Montessori Gratis
Acara 'Gerakan Mengajar 1.000 Guru PAUD dan TK' di Jakarta Timur dengan metode Montessori. [Suara.com/Firsta Putri Nodia]

Metode ini menekankan pentingnya penyesuaian terhadap tingkat perkembangan anak.

 Usia 0-8 tahun dianggap sebagai periode keemasan anak, karena kapasitas otak yang digunakannya telah mencapai angka 70-80 persen. Dengan kata lain, pada usia tersebut anak dinilai akan lebih mudah menyerap informasi.

Hanya saja, metode pendidikan yang keliru dapat membuat periode keemasan ini berlalu sia-sia. Contohnya adalah pola pengajaran dengan mendikte, menghapal, mencatat, yang selama ini banyak diberikan orangtua maupun guru PAUD dan TK.

"Saat ini, kita membutuhkan metode pengajaran yang dua arah atau banyak melibatkan diskusi, dan anak dibebaskan untuk menyampaikan pendapat,” ungkap Zita Anjani, pemerhati pendidikan anak usia dini sekaligus founder Kids Republic, di Jakarta, Kamis (3/3/2016). 
Menurut Zita, salah satu metode pendidikan usia dini yang mendukung periode keemasan anak adalah Montessori yang berasal dari Italia. Metode ini menekankan pentingnya penyesuaian dari lingkungan belajar anak dengan tingkat perkembangannya, serta melibatkan aktivitas fisik agar anak dapat menyerap konsep akademis dan keterampilan praktis dengan lebih baik.

Untuk memperkenalkan dan membagi metode pendidikan tersebut di Indonesia, Zita pun mengadakan gerakan mengajar 1.000 guru di Jakarta Timur. Gerakan tersebut bertujuan untuk berbagi ilmu metode Montessori kepada guru PAUD dan TK yang berada di wilayah Jakarta Timur.

"Ke depannya, gerakan tersebut akan kami perluas untuk wilayah lain, seperti Lampung dan kota lainnya, demi menciptakan generasi penerus bangsa yang produktif, intelektual dan kreatif," pungkasnya.

Sumber: https://www.suara.com/health/2016/03/04/132331/1000-guru-paud-dan-tk-diberi-pendidikan-montessori-gratis
Share:

Warga Pinangsia Kecam Penggusuran PAUD Saat Kegitan Belajar

Warga Pinangsia Kecam Penggusuran PAUD Saat Kegitan Belajar
Para siswa dan siswi Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Tunas Bina Pinangsia atau PAUD Tunas Bina terpaksa belajar di musala. (Suara.com/Arga)

Untuk oknum-oknum yang turut mengeksekusi harus diusut tuntas.

 Anggota Lembaga Musyawarah Kelurahan RW 07 Pinangsia, Jakarta Barat, Ahmad Darus menyanyangkan penggusuran terhadap bangunan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Tunas Bina Pinangsia, Pinangsia, Jakarta Barat. Terlebih, proses pembongkaran yang dilakukan Satpol PP saat kegiatan belajar mengajar tengah berlangsung.
"Saya menyayangkan pembongkaran tersebut. Mengapa dilakukan saat kegitan belajar mengajar berlangsung?,” ujar Darus saat dijumpai di Musala Kecamatan Tamansari, Jakarta Barat, Senin (22/10/2018).
“Kita maunya bangunan baru sudah ada dulu, relokasinya, baru di eksekusi. Ini tidak ada. Belum ada bangunan baru eh sudah dihajar," Darus menambahkan.
Terkait itu, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan langsung mencopot Camat Tamansari Firmanudin dari jabatannya. Darus menilai langkah Anies sudah tepat.
Ia kemudian berharap tidak hanya Camat Tamansari yang diperoses karena sudah melakukan penggusuran saat kegitan belajar menggajar masih berlangsung dan masih banyak anak-anak di sekitar lokasi tersebut.
"Wah saya setuju sekali atas pencopotan tersebut. Segera dibangun kembali PAUD sama Pos RW 07 yang lebih layak. Untuk oknum-oknum yang turut mengeksekusi harus diusut tuntas," ujarnya.
Anggota Lembaga Musyawarah Kelurahan RW 07 Pinangsia lainnya, Asep Supriatna menambahkan, pencopotan Firmanudin sebagai Camat Tamansari merupakan kewenangan Anies Baswedan selaku Gubernur DKI Jakarta. Dirinya pun juga menyayangkan jika penggusuran tersebut yang terjadi saat proses kegiatan belajar mengajar.
"Kalau urusan pencopotan Camat ya sejutu tidak setuju. Itu biarkan kebijakan Pak Anies saja. Yang pneting bangunan baru segera dibangun kembali. Penggusuran terjadi pukul 09.30 WIB, berati kegiatan belajar mengajar belum selesai. Itu yang kami sayangkan. Mengapa tidak menunggu kegitan belajar Selesai dulu," ujar Asep.
Untuk diketahui, beredar sebuah video yang menunjukkan penggusuran paksa oleh Satpol PP di PAUD Tunas Bina di kawasan Tamansari, Jakarta Barat. Puluhan pelajar yang sedang belajar dipaksa keluar dari gedung sekolah sembari membawa kursi.
Para orang tua pelajar yang mendampingi anaknya berusaha meminta petugas agar penggusuran dilakukan setelah kegiatan belajar selesai. Namun, petugas tidak mengindahkan hal itu sehingga penggusuran tetap dilakukan.

Sumber: https://www.suara.com/news/2018/10/22/141346/warga-pinangsia-kecam-penggusuran-paud-saat-kegitan-belajar
Share:

Dengan Edtech, Peningkatan SDM Bisa Dipercepat Hingga Sepuluh Kali Lipat

Dengan Edtech, Peningkatan SDM Bisa Dipercepat Hingga Sepuluh Kali Lipat
CEO Zenius Education Bertemu Jokowi di Istana Negara. (Dok. Zenius Education)

Edtech atau education technology merupakan layanan digital dalam bidang pendidikan yang kini tengah booming di Indonesia.

 Dunia digital juga telah merambah ke ranah pendidikan. Sistem pendidikan konvensional yang berlangsung dengan metode tatap muka perlahan tak lagi menjadi satu-satunya opsi dalam proses belajar-mengajar.
Dikatakan Sabda Putra Subekti, Co-founder dan CEO Zenius Education, dalam Edtech Asia Summit yang diselenggarakan di Singapura pada awal Agustus lalu, platform digital memudahkan akses perolehan dan peningkatan kemampuan pelajar dan orang dewasa, serta dapat memperbanyak pelatihan kejuruan berbasis industri yang bisa disesuaikan untuk memenuhi kebutuhan yang spesifik.
Pendidikan Indonesia saat ini menghadapi tantangan berupa rendahnya kemampuan literasi dan numerik yang tercermin dari skor PISA dan PIAAC dibandingkan dengan negara-negara lain. Kondisi ini dianggap ironis, karena setelah Indonesia mampu mengembangkan ekonominya hingga menjadi bagian dari G20, kualitas pendidikannya masih tertinggal amat jauh dibandingkan negara-negara berkembang sekalipun.
Di sisi lain, menurut Sabda, kualitas pendidikan yang idealnya dihasilkan bukan saja hanya berfokus pada kemampuan kognisi para peserta didik yang berfokus pada penalaran dan pemikiran saintifik, namun juga peningkatan dalam aspek lainnya seperti empati, afeksi, dan toleransi. “Dengan demikian, Indonesia tetap menjalani mandat dari para pendiri bangsa bahwa pendidikan itu tidak hanya mempertajam wawasan, tetapi juga memperhalus perasaan,” ujarnya.
“Penting sekali bagi setiap pelaku industri pendidikan untuk tidak hanya mengutamakan akses, namun juga memerhatikan konten edukasi yang dikembangkan. Pada dasarnya, education technology itu dimulai dengan education, pendidikannya, baru teknologinya.” tegas Sabda.
Untuk memperkuat peran edtech dalam dunia pendidikan di Indonesia, Sabda pun memenuhi undangan Presiden Joko Widodo ke Istana Negara pada awal minggu ini. Sabda tergabung dalam rombongan Inovator 4.0 yang dipimpin oleh Budiman Sudjatmiko, menyampaikan gagasannya mengenai potensi percepatan pembangunan SDM melalui pendidikan daring berbasis teknologi atau edtech.
Pertemuan tertutup tersebut membahas rencana pemerintah dalam membangun SDM Indonesia 5 tahun ke depan. Menurut Sabda, pemerintah sangat terbuka dan memberikan dukungan yang sangat positif terhadap gerakan-gerakan inovatif dan industri kreatif untuk mengembangkan kualitas manusia Indonesia dengan bantuan teknologi.
“Pak Jokowi sangat antusias menanggapi perkembangan industri edtech. Beliau menyatakan komitmennya untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia, salah satunya melalui pendidikan berbasis teknologi, dan kami sangat mengapresiasi hal tersebut. Dengan bantuan teknologi, peningkatan kualitas manusia dapat dipercepat sepuluh hingga dua puluh kali lipat dengan cara yang efisien,” jelas Sabda.
Dengan adanya dukungan dan bantuan dari pemerintah, Sabda yakin bahwa upaya industri edtech untuk memberikan dampak sosial yang positif di masa depan dapat berjalan lebih efektif.

Sumber: https://www.suara.com/news/2019/08/22/135240/dengan-edtech-peningkatan-sdm-bisa-dipercepat-hingga-sepuluh-kali-lipat
Share:

Tingkatkan Kualitas Guru, Kemendikbud Benahi Masalah tunjangan

Tingkatkan Kualitas Guru, Kemendikbud Benahi Masalah tunjangan
Mendikbut Muhadjir Effendy mengaku tengah fokus melakukan pengembangan sumber daya manusia (SDM) khususnya guru dan siswa. Foto/SINDOnews
Program prioritas pembangunan Indonesia kini beralih ke sumber daya manusia (SDM). Kemendikbud sendiri akan melakukan pengembangan SDM kepada guru dan siswa.

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy mengatakan, fokus pembangunan SDM yang akan dilakukan Kemendikbud itu menyasar kepada dua pelaku pendidikan yakni guru dan siswa.

Dia mengatakan, program pengembangan untuk siswa di Kemendikbud akan mengoptimalisasi program Wajib Belajar 12 Tahun sehingga anak usia sekolah bisa mengenyam pendidikan hingga jenjang SMA.

''Fokus SDM kalau (untuk) sekolah ada dua. Pertama guru dan kedua siswa,'' katanya pada diskusi publik Pendidikan Berkeadilan dengan Zonasi di Gedung Media Indonesia, Minggu (18/8/2019).

Mendikbud menjelaskan, Wajib Belajar 12 Tahun sebagai perpanjangan dari Wajar 9 Tahun akan lebih dimaksimalkan lagi capaiannya. Salah satunya, ujar Mendikbud, dengan sistem zonasi agar semua anak usia sekolah bisa masuk ke sekolah formal dan juga sekolah non formal.

Muhadjir menerangkan, penerimaan siswa baru melalui sistem zonasi ini akan terus berkoordinasi dengan Kemendagri khususnya Ditjen Dukcapil terkait integrasi data antara nomor induk kependudukan dengan nomor induk siswa nasional.

Sementara untuk pengembangan guru, kata dia, Kemendikbud akan menyusun tata kelola guru yang dimulai dari pendidikan dan pelatihannya serta pembenahan dari tata kelola perekrutan. Selanjutnya Kemendikbud juga akan membenahi masalah insentif dan tunjangan termasuk tugas pokok dan beban kerja guru.

Mendikbud menambahkan, reformasi paradigma pendidikan adaptif yang mengikuti perkembangan zaman akan mendukung pidato Presiden Joko Widodo pada Sidang Tahunan MPR RI pada 16 Agustus 2019. Dia menyatakan, reformasi pendidikan tersebut dapat dilakukan melalui sistem zonasi. Kebijakan ini diperlukan sebagai langkah awal untuk pemerataan pendidikan yang adil dan berkualitas.

“Kebijakan zonasi bukan berhenti pada PPDB saja, melainkan akan meliputi penataan dan pemerataan guru, infrastruktur, berbagai sumber daya, pengintegrasian pendidikan formal dan non-formal, serta penataan ekosistem pendidikan,” jelas Mendikbud.


Sumber: https://nasional.sindonews.com/read/1431138/15/tingkatkan-kualitas-guru-kemendikbud-benahi-masalah-tunjangan-1566130113
Sumber: 
Share:

4 Pelajar Bawa Indonesia Juara Umum Olimpiade Geografi Internasional 2019

4 Pelajar Bawa Indonesia Juara Umum Olimpiade Geografi Internasional 2019
Empat pelajar Indonesia mengharumkan nama bangsa dengan merebut dua medali emas dan dua perak, sehingga Indonesia dinobatkan sebagai juara umum pada IGeO 2019. Foto/Kemendikbud
 Pelajar Indonesia kembali menorehkan prestasi di kancah internasional. Kali ini diraih pada ajang bergengsi 16th International Geography Olympiad (IGeO) 2019. Dengan raihan dua medali emas dan dua perak, Indonesia dinobatkan sebagai juara umum pada IGeO 2019, yang diikuti 176 peserta dari 44 negara.

Keempat medali tersebut, dua medali emas diraih oleh Fernando, Siswa SMA Sutomo 1 Medan, dan Fayola, Siswa SMA Methodist 3 Medan. Sedangkan dua medali perak diraih oleh Hadyan F Anshori, Siswa SMAN Insan Cendikia Gorontalo dan Agista Kumala Dewi, Siswa SMA Semesta BBS Semarang.

Kepala Sub Direktorat (Kasubdit) Peserta Didik, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas (Ditjen PSMA) Kemendikbud, Juandanilsyah mengatakan prestasi ini patut diapreasi oleh pemerintah sebab ini pertama kalinya Indonesia bisa menjadi juara umum di olimpiade tersebut. Sebagai bentuk apresiasi pemerintah, Kemendikbud akan memberi penghargaan berupa beasiswa pendidikan hingga ke perguruan tinggi kepada para peraih medali.


"Terima kasih, alhamdulillah, anak-anak ini hebat dan ini kali pertama Indonesia menjadi juara umum pada ajang Olimpiade Geografi Internasional dan luar biasa bisa bersaing dengan negara hebat lainnya," ujarnya di Terminal 3 Soekarno Hatta, Tangerang, Rabu (7/8/2019).

Berdasarkan laporan dari Steering Committee IGeO 2019, Tim Olimpiade Geografi Indonesia sangat unggul dalam WRT (tes tertulis), hal ini dibuktikan dari total skor yang dihasilkan mendapat peringkat ke-3 dari 44 negara. Untuk test lapangan (FWT), Indonesia berada di peringkat 7, sedangkan untuk test multimedia (MMT), berada di peringkat 7.

Secara akumulatif tim Indonesia mencapai skor yang paling tinggi yaitu 262.91, disusul oleh Amerika Serikat dengan skor 254.62 dan Inggris dengan skor 252.19.

"Keberhasilan ini, menurut kami adalah hasil kerja keras para asisten dan dosen, terutama diperbanyak praktik dan latihan soal-soal tertulis (WRT) dengan cara pembelajaran jarak jauh (PJJ) secara online," jelas Juandanilsyah.

Berdasarkan hasil tersebut, Indonesia bertekad untuk terus meningkatkan metode pembinaan terutama di bidang tes lapangan dan tes multimedia, karena tantangan ke depan jauh lebih berat, baik dilihat dari jumlah partisipan maupun kualitas soal dan keragaman assessment.

Salah satu peraih medali emas, Fayola merasa terkejut dirinya bisa mempersembahkan medali emas untuk Indonesia. "Sebenarnya saya cukup terkejut bisa mendapat medali, karena pada saat mengerjakan soal sebetulnya kurang menguasai juga, tapi puji Tuhan bisa menorehkan prestasi untuk Indonesia," ujar siswi yang baru menyelesaikan pendidikannya di SMA.

Menceritakan pengalamannya saat berkompetisi, Fayola menambahkan, negara-negara lain sangat kompetitif dan banyak negara hebat lainnya yang juga bersaing pada ajang olimpiade ini. "Saingan paling berat itu Amerika Serikat dan untuk Asia, ada Thailand," ucapnya.

Persiapan yang dilakukan gadis berambut panjang ini ialah dengan belajar selama satu tahun sebelum olimpiade dimulai. Siswi yang hendak melanjutkan pendidikannya ke Nanyang Technology University, Singapura ini pun mengaku memasrahkan semuanya ke Tuhan dan bersyukur karena Tuhan menjawab doanya dengan kemenangan.

IGeO 2019 berlangsung dalam tiga babak tes, yaitu Written Response Test (WRT/tes tertulis), di mana para peserta mengerjakan tes secara tertulis dalam kurun waktu tertentu. Babak selanjutnya adalah Fieldwork Test (FWT/tes lapangan), pada babak ini para peserta turun langsung ke lapangan untuk melakukan observasi pada daerah tertentu dan pada malam harinya, melakukan analisis perencanaan terhadap daerah yang diobservasi tersebut. Babak terakhir adalah Multimedia Test (MMT/Tes Multimedia), di sini para peserta selain mengerjakan soal yang berhubungan dengan geografi, juga soal-soal yang berhubungan denga pancaindra.

Sumber: https://nasional.sindonews.com/read/1427713/144/4-pelajar-bawa-indonesia-juara-umum-olimpiade-geografi-internasional-2019-1565176110
Share:

Kualitas Pendidikan Indonesia Jadi Modal Penting Hadapi Era 4.0

Kualitas Pendidikan Indonesia Jadi Modal Penting Hadapi Era 4.0
Menteri PPN/Kepala Bappenas, Bambang Brodjonegoro mengingatkan kualitas pendidikan manusia penting untuk modal Indonesia menghadapi revolusi industri 4.0. (Foto/SINDOphoto)
A+ A-

JAKARTMenteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Kepala Bappenas, Bambang Brodjonegoro mengingatkan, kualitas pendidikan manusia penting untuk modal Indonesia menghadapi revolusi industri 4.0.

Hal itu dikatakan Bambang saat menjadi keynote speaker dalam seminar nasional 'Upaya Peningkatan Modal Manusia Menghadapi Revolusi Industri 4.0 Guna Mendukung Tujuan Pembangunan Berkelanjutan' di Auditorium Gadjah Mada, Lemhanas, Jakarta, Rabu (14/8/2019).

"Indonesia memiliki modal yang banyak terutama dalam modal alam, tapi sumber daya alam pun tidak bida digunakan untuk bertumbu menghadapi industri 4.0 ini. Sehingga apa yang perlu dituntut yang paling utama adalah pendidikan," kata Bambang.

Bambang menjelaskan, dalam proporsi penduduk Indonesia yang berpendidikan tinggi masih sangat sedikit. "Kita bisa mengatakan dan ini dari data resmi BPS pada tahun 2018 dimana proporsi penduduk yang umurnya 15 tahun keatas yang punya ijazah tinggi hanya 8,8%, SMA hanya 26,4%, SMP 21,2%, SD paling banyak yakni 43,7%," jelasnya.

"Sehingga pemerintah harus mementingkan pendidikan agar masyarakat Indonesia upgrade. Perlu jadi catatan juga bahwa dimana pendidikan di Indonesia jangan hanya mementingkan ijazah saja," sambungnya.

Apalagi kata Bambang, angkatan kerja yang memiliki pendidikan SMP kebawah masih mendominasi, sehingga rentan kemiskinan di Indonesia masih cukup tinggi.

"Pekerja berkeahlian rendah masih mendominasi pasar kerja, kebanyakan mereka hanya berpendidikan SMP kebawah. Sehingga, angka kerentanan kemiskinan masih cukup tinggi. Jadi angka pengangguran di Indonesia memang rendah cukup wajar, tapi tingkat upah kita masih rendah," ungkapnya.

Sehingga kata dia, dengan pendidikan yang di upgrade akan membawa masyarakat Indonesia semakin tinggi. Kemudian fokus utamanya menurut Bambang adalah, bagaimana kita membangun Indonesia melalui pendidikan.

Dalam beberapa tahun yang akan datang, Indonesia juga mengalami bonus demografi. Bambang mengatakan, bahwa modal sumber daya manusia masih belum siap.

"Dalam memaknai bonus demografi, sudah siapkah modal manusia Indonesia? Ternyata di dunia ini, kita tidak yang paling tinggi. Secara peringkat dunia, kita ada pada peringkat 87 dari 157 negara-negara di dunia," tuturnya.

"Kita kalah dengan Vietnam yang berada di 48 dunia dan nomor 2 di ASEAN, jangan dulu kita bandingkan dengan Singapura deh, masih jauh. Sehingga, kita harus benar-benar harus menyiapkan modal SDM, jangan hanya modal vokasi saja, tapi kita juga harus merencanakannya untuk jangka panjang yakni lewat pendidikan, hanya perecanaan jangka pendek," tegasnya.

Sumber: https://nasional.sindonews.com/read/1429824/144/kualitas-pendidikan-indonesia-jadi-modal-penting-hadapi-era-40-1565775292
Share:

Kemendikbud Bidik 1,7 Juta Siswa Ikuti Program Digitalisasi

Kemendikbud Bidik 1,7 Juta Siswa Ikuti Program Digitalisasi
Kemendikbud Bidik 1,7 Juta Siswa Ikuti Program Digitalisasi
 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) akan memulai program digitalisasi sekolah. Program ini menyasar 1,7 juta siswa. Digitalisasi sekolah ini dimulai dengan menyediakan komputer tablet yang bisa sekolah beli memakai dana bantuan operasional sekolah (BOS).

Sesjen Kemendikbud Didik Suhardi mengatakan, pada tahun ini BOS afirmasi dan BOS kinerja akan dimanfaatkan untuk program digitalisasi sekolah. Rinciannya adalah 30.227 sekolah akan diberikan BOS afirmasi dengan total anggaran Rp2,85 triliun dan 6.004 sekolah akan diberikan BOS kinerja dengan anggaran mencapai Rp1,5 triliun.

“Siswa yang akan menjadi sasaran BOS afirmasi dan kinerja adalah siswa kelas 6,7, dan 10. Para siswa ini akan diberikan tablet yang akan dibeli melalui dana BOS afirmasi dan kinerja,” tandas Didik saat membuka Sosialisasi Program BOS Afirmasi dan BOS Kinerja tahun 2019 di Jakarta, kemarin.

Didik mengatakan, target BOS afirmasi ini adalah sekolah yang tinggal di kawasan 3T sementara untuk BOS kinerja adalah untuk sekolah-sekolah yang kinerjanya bagus. Dia berharap, dengan pemberian tablet ini maka peserta didik tidak hanya mendapat pembelajaran konvensional saja. Namun juga bisa mendapat ilmu dari paltform digital Rumah Belajar dan juga platform pembelajaran lain melalui komputer tablet.

Tidak hanya pembelajaran online namun juga offline melalui server lokal. Namun dia menekankan, komputer tablet ini bersifat pinjaman karena milik sekolah, sehingga tidak boleh dibawa pulang siswa ke rumah. Agar program ini tepat sasaran, maka inspektorat jenderal akan dilibatkan.

Selain itu, kepala dinas akan membina sekolah dan juga mengawasi sekolah agar memberi peralatan sesuai hal yang diharapkan. “Maka kami mengundang dinas provinsi dan kabupaten/kota untuk mendapat panduan dari kita untuk disampaikan lagi ke sekolah. Diharapkan akan mempercepat pelayanan dan juga kualitas layanan di seluruh Tanah Air,” ujarnya.

Mendikbud Muhadjir Effendy mengatakan, digitalisasi sekolah ini harus dilaksanakan karena tidak mungkin Indonesia menyongsong era baru yang ditandai dengan adanya artificial intelligence tanpa membekali anak-anak dengan kemampuan memakai produk digital.

Dia pun berharap, program ini bisa terlaksana dengan baik. Tidak hanya membidik wilayah 3T dulu pada tahap pertama ini, namun bisa berkelanjutan hingga mencapai 100% semua sekolah. Muhadjir mengakui bahwa ada tantangan tersendiri untuk memperkenalkan sekolah ke ranah digital.

Sebab, nanti tugas sekolah akan semakin berat misalnya dalam mengawasi konten ataupun guru yang juga harus meningkatkan kapasitasnya. “Tapi kalau tidak begitu tidak akan ada kemajuan. Pada praktiknya, anak-anak sudah mengenal teknologi digital ini. Kalau tidak kita gunakan malah nanti jadi bumerang,” katanya.

Sementara peneliti Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) Nadia Fairuza Azzahra mengkritisi soal penggunaan dana BOS. Menurut dia, penggunaan dana BOS perlu dievaluasi secara mendalam. Selama ini, proses pengawasan dana BOS dilakukan dari tingkat pusat, provinsi, kabupaten/kota, dan sekolah.

Namun, masih juga ditemukan sejumlah persoalan yang seharusnya bisa diselesaikan dengan penggunaan dana BOS. Di luar dari BPK (Badan Pemeriksa Keuangan), Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) sebaiknya juga melakukan evaluasi menyeluruh terhadap semua pihak yang bertugas mengawasi penggunaan dana BOS.

Hasil evaluasi tersebut kemudian dapat menjadi referensi bagi metode pencegahan dan pengawasan yang dapat dijalankan oleh LPMP ke depannya. Diharapkan dengan begini, potensi pelanggaran dapat dideteksi lebih cepat dan segera diselesaikan.

“Evaluasi mendalam ini penting supaya LPMP mendapatkan gambaran mengenai hal-hal apa saja yang berpotensi dilanggar atau dicurangi. Belum lagi LPMP bisa melihat hal-hal apa saja yang masih harus dibenahi lewat penggunaan BOS,” ujarnya.

Deteksi dini terhadap potensi ini tentu akan memperkuat akuntabilitas penggunaan dana BOS sehingga penggunaannya benar-benar tepat sasaran dan terbabas dari pelanggaran

Sumber: https://nasional.sindonews.com/read/1439551/144/kemendikbud-bidik-17-juta-siswa-ikuti-program-digitalisasi-1568416149
Share:

Arsip Blog

Recent Posts